McDougall menekankan
pentingnya faktor-faktor personal dalam menetukan interaksi sosial dan
masyarakat. Ross menegaskan utamanya faktor situasional sosial dalam membentuk
perilaku individu. Manakah diantara dua pendapat ini yang benar dengan
menggunakan istilah Edward E. Sampson (Rakhmat,2013:33) antara perspektif yang
berpusat pada persona (person-centered
perspective) dengan perspektif yang berpusat pada situasi (situation-centered perspective). Seperti
juga konsepsi tentang manusia, yang benar nampaknya interaksi diantara
keduanya.
Rakhmat (2013:34)
menyatakan bahwa perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan
faktor-faktor internal apakah, baik berupa sikap, instink, motif, kepribadian,
sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar ada dua
faktor, yaitu :
1)
Faktor biologis
Manusia adalah makhluk biologis yang
tidak berbeda dengan hewan yang lainnya. Faktor biologis terlibat dalam seluruh
kegiatan manusia, bahkan terpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa
warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur
DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua
orang tuanya. Wilson (Rakhmat,2013:34) mengatakan bahwa begitu besarnya
pengaruh warisan biologis sampai muncul aliran baru, yang memandang segala
kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur
biologisnya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai sosiobiologi. Menurutnya
perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah deprogram secara
genetis dalam jiwa manusia. Program ini disebut epigenetic, mengatur perilaku manusia sejak kecenderungan
menghindari incest, kemampuan
memahami ekspresi wajah, sampai kepada persaingan politik.
2)
Faktor sosiopsikologis
Karena manusia makhluk sosial, dari
proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi
perilakunya. Dapat diklarifikasi ke dalam tiga komponen: afektif, kognitif, dan
konatif. Komponen yang pertama, yang merupakan aspek emosional dari faktor
sisopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan
dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional,
yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
v
Faktor Situasional yang
Memengaruhi Perilaku Manusia
Deglado (Rakhmat,2013:43) pernah
melakukan eksperimen dengan mengubah kera gibbon yang tenang menjadi agresif.
Hasilnya bahwa reaksi agresif yang ditunjukkan tersebut berlainan pada situasi
tertentu sehingga Deglado menyimpulkan bahwa respon otak sangat dipengaruhi
oleh “setting” atau suasana yang melingkupi organisme. Kesimpulan Deglado
membawa kita dalam pengaruh situasi terhadap perilaku manusia. Edward G.
Sampson (Rakhmat,2013:46) menjabarkan faktornya sebagai berikut :
a)
Faktor ekologis
Sebagian pandangan diuji dalam berbagai penelitian, seperti
efek temperature pada tindakan kekerasan, perilaku interpersonal, dan suasana
emosional.
b)
Faktor rancangan dan arsitektural
Satu rancangan arsitek dapat mempengaruhi pola komunikasi diantara
orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Osmond an Sommer
membedakan antara desain bangunan yang mendorong orang untuk berinteraksi (sosiopetal) dan rancangan bangunan yang
menyebabkan orang menghindari interaksi (sosiofugal).
Pengaturan ruangan juga telah terbukti mempengaruhi pola-pola perilaku yang
terjadi di tempat itu.
c)
Faktor temporal
Menurut Panati (1981) misalnya, dari tengah malam sampai
pukul 04.00 fungsi tubuh manusia berada pada tahap yang paling rendah, tetapi
pendengaran sangat tajam, pada pukul 10, bila anda introvert, konsentrasi dan
daya ingat anda mencapai puncaknya. Pada pukul 3 sore orang-orang ekstrovert
mencapai puncak dalam kemampuan analisis dan kreativitas.
d)
Suasana perilaku (behavior
setting)
Roger Barker dan rekan-rekannya membagi lingkungan dalam
beberapa satuan terpisah, yang disebut suasana perilaku. Pada setiap suasana
terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang di dalamnya.
e)
Teknologi
Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sudah sering
dibicarakan orang. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi perilaku
sosial. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi
sebagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologis (technosphere) yang meliputi sistem energi, sistem reproduksi, dan
sistem distribusi yang membentuk serangkaian perilaku sosial sesuai dengannya.
f)
Faktor-faktor sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat,
struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi adalah faktor-faktor
sosial yang menata perilaku manusia. Dari segi komunikasi, teori penyebaran
inovasi oleh Rogers & Shoemakers (1971), dan teori kritik Habermas (1979)
memperlihatkan bagaimana sistem komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur
sosial.
g)
Lingkungan psikososial
Persepsi kita tentang sejauhmana lingkungan memuaskan atau
mengecewakan kita, akan memengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Ruth
Benedict (1970) membedakan antara masyarakat yang mempunyai sinergi tinggi
dimana orang belajar sejak kecil akan menerima ganjaran, cita-cita dapat
dicapai dengan usaha bersama. Dibandingkan dengan masyarakat yang bersinergi
rendah menurut Margareth Mead (1928) bahwa bagaimana nilai-nilai yang diserap
anak pada waktu kecil mempengaruhi perilakunya dikemudian hari.
h)
Stimulus yang mendorong dan memperteguh perilaku
Frederick & Bouffard (1972) meneliti tentang kendala
situasi yang mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi
yang memberikan rentangan kelayakan perilaku (behavioral appropriateness), seperti situasi di taman, dan situasi
yang banyak memberikan kendala pada perilaku, misal gereja. Situasi yang
permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu.
Sebaliknya, situasi reskriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak
hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar