Tanpa komunikasi maka
manusia bisa dikatakan “tersesat” dalam belantara kehidupan ini. Betapa
pentingnya komunikasi, terlihat dari semakin inovatifnya perkembangan teknologi
komunikasi itu sendiri. Meyrowitz (Nasrullah,2012:60) menegaskan bahwa
penelitian komunikasi tidak lagi memfokuskan pada pesan atau konten semata,
melainkan sudah merambah pada teknologi komunikasi yang sudah melekat dan
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Rogers (Nasrullah,2012:4) menyatakan
bahwa perkembangan komunikasi manusia tercatat dalam 4 fase perkembangan, yaitu
: 1) the writing era 2) the printing era 3) telecommunication era, dan 4)
interactive communication era. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan
atau berbagi pesan dengan orang lain, sedangkan informasi adalah suatu rekaman
fenomena yang diamati dan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh seseorang.
Jenis informasi banyak sekali dan jumlahnya pun terus bertambah karena setiap
saat lahir informasi baru, sehingga kita tidak semakin mudah untuk mengikuti
perkembangannya (Yusup,2009:31). Teknologi komunikasi dan informasi yang
berkembang secara luar biasa sehingga masyarakat saat ini tidak bisa terlepas
dari ketergantungan pada teknologi dan tidak ada satu masyarakat modern yang
mampu bertahan tanpa komunikasi.
Berangkat dari titik
pandang kemajuan teknologi tidak hanya bertumpu pada kehadiran perangkat
komunikasi yang canggih, melainkan juga memberikan pengaruh tersendiri pada
kultur dan budaya yang terjadi dalam masyarakat, dalam hal ini mahasiswa di
Kota Kendari yang dijadikan objek dalam penelitian. Relasi antarindividu
mahasiswa saat ini tidak lagi fisik melainkan “interface” yang telah diwakili oleh perangkat teknologi atau
disebut media, semua manusia berusaha mengejar dunia teknologi yang terus
berkembang. Teknologi komunikasi merasuk ke berbagai aspek kehidupan
(Wood,2013:15), Ellis (Littlejohn & Foss,2009:411) mencatat bahwa media
yang terbesar pada suatu waktu akan
membentuk perilaku dan pemikiran bagi siapapun yang memanfaatkan media modern
tersebut. Bahkan dalam perkembangannya saat ini, kehadiran individu sebagai
objek bisa diwakili dengan animasi, di internet melalui media-media sosial dan
alat komunikasi lainnya menjadikan siapapun bisa menjadi siapa atau apa yang
diinginkannya. Toffler & Naisbitt (Santoso,2014:73) menyatakan bahwa masa
depan masyarakat akan penuh dengan hal menakjubkan, tata cara kehidupan manusia
akan lebih baik. Menurut Holmes (Nasrullah,2012:67) menyatakan bahwa setiap
individu saat ini mengalami peningkatan dalam berinteraksi, mereka cenderung
membangun relasi face-to-screen dibandingkan
face-to-face.
Penelitian ini dirasa
penting bagi mahasiswa dan masyarakat secara umum, karena teknologi informasi
dan komunikasi kini menjadi alat dan media yang wajib dimiliki oleh setiap
orang sehingga yang diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai acuan untuk
melihat dampak-dampak yang ditimbulkan serta bagaimana menyikapi secara bijak
keberadaannya, baik teknologi yang menyajikan informasi maupun teknologi yang
berupa alat komunikasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, selain itu
keberadaan perangkat teknologi yang masih baru dalam lingkup kehidupan
menyebabkan masih kurangnya data dan penelitian yang mengangkat masalah
teknologi. Melihat fenomena itu, maka penelitian ini yang mencoba mengkaji
teknologi secara mendalam dengan harapan agar mampu menghasilkan data yang
akurat dan teruji, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Berikut ini peningkatan
jumlah pengguna teknologi informasi dan komunikasi dapat dilihat berdasarkan
analisis lembaga intelejen Amerika (CIA) bahwa penggunaan HP (Handphone) di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 236,8 juta dari jumlah penduduk sekitar 248 juta jiwa dengan 95% dari
jumlah tersebut masyarakat menggunakan HP untuk menjelajah internet (Detik.com),
kehadirannya yang telah membanjiri seluruh pelosok wilayah telah membentuk
aktivitas komunikasi tersendiri. Dengan kata lain, revolusi dalam berkomunikasi
sudah memasuki tahap baru dan modern (Nurudin, 2012: 188). Begitupun dengan
pengguna jejaring sosial seperti facebook dan twitter masing-masing menempati
peringkat 4 dan 5 dunia, dimana pengguna facebook di Indonesia menurut
(allfacebook.de/detik.com) saat ini mencapai 48 juta akun, dan pengguna twitter
dengan estimasi 29,4 juta akun pada tahun 2013 dan ini akan terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya menurut lembaga analis Semiocast yang dilansir oleh
TechCrunch (Detik.com), dan sebagian besar penggunanya adalah kaum remaja dan
kalangan mahasiswa. Tidak kalah menarik adalah pengguna aplikasi BBM (Blackberry Messenger) di Indonesia
menurut Analisis Nielsen mencapai 79% dari total pengguna Smartphone yang ada,
diluar dari jenis Handphone lain misalnya Blackberry, Iphone, dsb (kompas/The
Jakarta Post). Belum lagi media-media sosial lain yang semakin banyak dan
beragam jenisnya.
Teknologi jika
dipergunakan secara bijak dan tepat akan memberikan dampak positif yang luar
biasa dan sangat bermanfaat dalam menunjang kegiatan sehari-hari, namun
sebaliknya jika dilakukan hanya karena ingin mengikuti trend tanpa ada kesadaran dalam diri masing-masing, maka hal
tersebut akan menjerat penggunanya dalam masalah besar. Mengutip istilah Jean
Baudrillard (Sumadiria,2014:249) tentang hyper-reality
of media yang mana media menciptakan suatu kondisi sedemikian canggih hingga
semua dianggap nyata daripada kenyataan, kepalsuan dianggap kebenaran, isu
lebih dipercaya daripada informasi, ini tidak terlepas dari perkembangan
teknologi yang disebut simulation
technology atau teknologi
simulasi.
Lerner & Rogers
(Berger,dkk 2014:4) menyatakan bahwa perkembangan sistem teknologi media di
Negara-negara dunia ketiga akan menciptakan suasana yang akan membuat
individu-individu di dalamnya menjadi lebih terpelajar, kurang fatalistis, dan
semakin berkomitmen pada urusan kepentingan umum sehingga tercipta
kondisi-kondisi yang baik bagi pembangunan ekonomi dan politik. Maka hal ini
memungkinkan terjadi simbiosis mutualisme atau saling ketergantungan yang
sifatnya saling memberi manfaat atau keuntungan dari masing-masing pihak
seperti misalnya hubungan dengan teman, keluarga dan rekan kerja semakin mudah
dan terasa dekat. Dalam hal ini mahasiswa akan menjadi melek teknologi sehingga
kedepannya akan mampu bersaing dalam menghadapi dunia global. Begitu pula dalam
peningkatan prestasi remaja dan para mahasiswa dalam lingkungan dan kehidupan
sosial, meningkatkan kemampuan menggunakan dan mengaplikasikan perangkat
komputer dan berbagai macam aplikasinya, yang semua itu merupakan efek positif
yang sifatnya sangat membangun.
Jarak yang jauh bukan
lagi menjadi penghalang untuk saling bertukar informasi. Berkomunikasi
menggunakan HP, perangkat komputer dengan layanan internet, email, atau
media-media sosial mampu memberi perbedaan dalam hal efisiensi jarak dan waktu
dibandingkan dengan berkomunikasi secara langsung dengan orang lain.
Informasi-informasi yang diinginkan dapat diakses hanya dengan menggunakan
layanan internet, mengirim pesan cepat (instant
messenger) begitu mudah dilakukan. Dengan demikian perkembangan teknologi,
khususnya komputer dan handphone
dengan fitur-fitur canggih, semakin menguatkan ramalan para futurology tentang
dunia masa depan.
Namun apa yang terjadi di
era teknologi modern saat ini mengutip Barran & Davis (Mufid, 2009: 116)
mengatakan bahwa teknologi menimbulkan banyak dampak yang sangat
mengkhawatirkan bagi kalangan mahasiswa karena akan memengaruhi pola pikir dan
sikapnya. Kebanyakan peristiwa-peristiwa kriminal yang marak kita saksikan di
berbagai media massa, seperti kasus hilangnya gadis remaja, perselingkuhan,
pemerkosaan, pembunuhan, bahkan penipuan dikalangan mahasiswa terjadi karena
adanya dampak perkembangan teknologi. Cyber
crime atau kejahatan dunia maya menjadi ancaman serius dewasa ini seperti
kasus pornografi, pelecehan seksual, pemerasan, penipuan informasi, tindak
kekerasan, dsb. Bahkan baru-baru ini diberitakan dalam Koran harian Kendari Pos
edisi 5 April 2015 bahwa kasus traffic
cyber crime telah mengancam Indonesia, seperti kasus penyebaran virus dan
pembobolan data perusahaan sangat tinggi yakni 40% kasus cyber crime trafficnya melalui Indonesia, sebagai akibat dari
lemahnya cyber security di Indonesia.
Lain pula dampak yang
ditimbulkan dalam kehidupan sosial mahasiswa yang berhubungan dengan perilaku
seperti kecenderungan untuk bermalas-malasan dan menghabiskan waktu karena
hanya sibuk dengan HP, berdasarkan survei data dari Global Web Index bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu
6 jam untuk mengakses internet dalam setiap harinya (detik.com). Sifat cuek dan
masa bodoh, penyendiri, anti sosial dan tidak memperdulikan orang lain dan
lingkungan sekitar merupakan efek selanjutnya dari kemajuan teknologi. Kraut
& Young (Berger,dkk 2014) menulis bahwa efek “negatif” media seperti
penggunaan internet dewasa ini sangat mengkhawatirkan, efek itu meliputi kecanduan
internet dan kemungkinan penggunaan internet yang berlebihan akan menambah
kesendirian dan berkurangnya jiwa sosial serta kesenjangan hubungan mahasiswa.
Begitu pula dengan perilaku boros dalam menggunakan pulsa yang berlebihan untuk
dapat mengakses ke layanan internet menjadi hal lumrah bagi mahasiswa namun
terkadang tidak disadari, kecanduan internet menurunkan minat membaca bagi
mahasiswa, muncul perilaku konsumtif dalam kehidupannya, Goodman & Cohen
(Mulyana,dkk,2011:461) menyatakan bahwa masyarakat modern sekarang hidup dalam
budaya konsumen. Artinya, kemajuan teknologi layaknya pisau bermata dua,
disamping memberi manfaat, juga menimbulkan berbagai dampak dan bahaya yang
setiap saat selalu mengintai.
Dampak lainnya, seperti
kebiasaan masyarakat kumpul-kumpul, silaturahmi, berkunjung kerumah tetangga
dan kerabat dekat sambil berkomunikasi dan bercanda secara langsung di
sela-sela waktu senggang. Dulu sering kita saksikan bahkan kita alami sendiri
secara perlahan berganti dengan komunikasi melalui HP dan media sosial. Dalam
pandangan psikologis, tatap muka yang terjadi secara langsung mampu memberikan
ikatan emosional yang baik bagi seorang mahasiswa dalam hidup bermasyarakat.
Karena berkomunikasi secara face-to-face mampu menggabungkan keberadaan pesan verbal
dan nonverbal dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman
berkomunikasi. Begitupula norma-norma adat dan budaya yang berlaku dalam
masyarakat terasa semakin hilang. Hal yang sangat dikhawatirkan adalah masuknya
budaya-budaya asing dari Negara lain yang tidak cocok dengan budaya kita, kini
dengan begitu mudahnya diadopsi oleh mahasiswa yang notabene sebagian besar
adalah penerima awal dari suatu kemajuan teknologi.
Castells
(Holmes,2012:102) menyatakan bahwa forum-forum pembangunan identitas online yang tersedia di internet
sebagian besar berkonsentrasi pada remaja yang mana kaum remaja dalam proses
menemukan jati diri, yang bereksperimen dengan itu, untuk mencari tahu siapa
mereka sebenarnya atau seperti apa yang mereka ingin harapkan. Idealnya
mahasiswa merupakan generasi yang diharapkan menjadi penerus kemajuan demi
kemandirian bangsa. Tapi kini kenyataan yang diharapkan seakan berbeda, karena
mahasiswa kini hanya semakin dimanjakan dan bergantung pada keberadaan
teknologi dalam kehidupan sehari-harinya, dengan berbagai alasan seperti untuk mengerjakan tugas, sarana komunikasi,
mencari ilmu pengetahuan, untuk menghilangkan rasa bosan, mengikuti
perkembangan, dll. Observasi di lapangan menemukan bahwa bagaimana seseorang
mahasiswa selalu sibuk dengan HP masing-masing, dan mengabaikan orang
disekitarnya, mengutip pernyataan Chen (Ibrahim & Akhmad, 2014: 105)
melihat fenomena ini menyebutkan bahwa karakteristik orang yang kecanduan
telefon seluler diantaranya akan selalu menghidupkan telefon selulernya sebagai
kehendak untuk mengkomunikasikan diri pada dunia luar. Ini menjadikan mahasiswa
kebanyakan jarang bersosialisasi dengan teman-teman disekitarnya. Kemudahan
bersosialisasi yang didapatkan justru membuat mereka terlihat anti sosial dikehidupan nyata.
Tak jarang kita menemukan sekelompok mahasiswa yang sedang berkumpul, namun
frekuensi berbicara mereka lebih rendah dibanding dengan menatap HP-nya
masing-masing.
Ketergantungan ini
membuat para mahasiswa sulit lepas, intensitas penggunaan di kalangan mahasiswa
telah merubah pola interaksinya. Karena
adanya internet, justru akan semakin memanjakan mahasiswa untuk melakukan tugas
mereka dan cenderung membatasi kreativitas yang mereka lakukan. Misalnya
fasilitas e-book yang dapat diakses
kapanpun dan dimanapun membuat mahasiswa semakin malas untuk datang ke
perpustakaan untuk membaca buku. Selain itu, perangkat teknologi yang digunakan
dengan tidak bijaksana justru membuat para mahasiswa semakin terlena dengan
kesenangan yang didapatkan, misalnya, terkadang karena kelelahan bermain game
maka mereka terlambat atau tidak masuk kuliah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar